ul#list-nav { list-style:none; margin:20px; padding:0; width:525px } ul#list-nav li { display:inline } ul#list-nav li a { text-decoration:none; padding:5px 0; width:100px; background:#FF0099; color:#eee; float:left; text-align:center; border-left:1px solid #fff; -moz-border-radius: 5px; } ul#list-nav li a:hover { background:#FF6699; color:#000 -moz-border-radius: 5px; }
Selamat datang di dunia PUTERI YANG BERDURI. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Matanya sudah Rabun


Matanya sudah rabun, matanya tak lagi seperti dulu yang bisa melihatku dengan jelas. Sekarang kau hanya bisa melihatku dan orang orang sekitarmu dengan samar, aku sangat faham. Bahwa  hal ini tanda kau sudah lanjut usia, dan aku tidak mampu untuk membayangkan lebih dari itu nek.


Aku tersentak seketika ibu dan tante menelfonku dan menceritakan semua yang terjadi padamu. Aku tidak mampu untuk membayangkan kau terbaring lemas karena penyakit itu, aku masih sangat mengharap nek, kau masih mempunyai banyak waktu untuk kau luangkan denganku dan yang lainnya. Kau orang paling sabar diantara semuanya. 


Setelah Ibu menutup telfonnya aku langsung teringat pada cerita masa lalu kelam, ketika kau harus berjualan jendol keliling kampung, bahkan sampai jarak yang tak terhingga hanya untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga, untuk membantu biaya pembangunan sekolah dan langgar yang sekarang telah berdiri kokoh tepat didepan rumah. Aku tahu nek penghasilan dari penjualan jendol tidak seberapa, tetapi kau tak pernah mengeluh sedikitpun. 


Kata Ibu kau suka bekerja hingga larut malam, saat orang orang terpejam dengan lelapnya, kau masih harus bertahan diri didekat bara api yang panas. Tapi kau masih saja sabar walau harus tertatih kerikil waktu.

Ya Allah………………………………

Berikan yang terbaik, kelak hadiahkan surgamu untuknya

Berikan kesempatan yang lebih ya Allah agar dia masih bisa dalam dekapan kami.

     

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar